Ngomong-ngomong soal Disneyland sepertinya sudah tidak asing
lagi bagi para pembaca semua. Yupss Disneyland
adalah taman hiburan terbesar didunia. Salah satu karakter Disney yang paling terkenal adalah
pasangan tikus yang lucu (sejak kapan tikus lucu???) yaitu Mickey Mouse dan
Minnie Mouse. Tidak heran bahwa Disneyland
menjadi perusahaan taman hiburan yang terbesar di dunia. Disney juga membangun anak perusahaan di
berbagai negara seperti Jepang, Paris, Hongkong, dan tentunya di negara induk
sendiri yaitu di Amesrika Serikat.
Nah kali ini aku mau
posting sesuatu yang beda dari sebelumnya, bukan tentang resep makanan dan
minuman, bukan juga posting tentang tips-tips, daaaann bukan juga posting lirik-lirik
lagu alay (pernah alay juga gue wkwkwk).
Oke balik lagi ke inti cerita, disini aku mau berbagi sedikit pengetahuan sama
kalian-kalian semua (gaya-gayaan lu tong :D) tentang Disney khususnya Disney yang
di Hongkong. Kalian tahu nggak sih dulu Disneyland
Hongkong nggak sesukses sekarang?? nggak tahu kan ya?? (sama gue juga baru tahu
sekarang2 ini :D). Penasaran kan gimana ceritanya kok sekarang Disney bisa sukses. Eitssss tunggu dulu,
gausah buru-buru, santai, kalem, dan tentunya siapin air minum sebelum baca
(etdah buat apa siapin minum segala, wkwk) karena apa? karena tulisannya ini
bakal panjang banget lebih panjang dari tol Cipali pokoknya (ketauan dah
lebay-nya). Oke gausah lama-lama ntar yang ada malah udah capek dulu sebelum
baca artikelnya. Langsung baca aja ya artikel-nya baca dan pahami, dan tentunya
baca sampai selesai ya biar ndak penasaran (etdah ngomong aja, udah mblo udah
:D). Oke Cekidot!!!!!
Sedikit
bercerita tentang Disneyland Hongkong,
diawal kemunculannya yaitu pada tahun 2005 bisa dikatakan bahwa Disneyland Hongkong ini kurang mendapat
tanggapan yang baik dari penduduk disana.
Hal ini dikarenakan banyak pengunjung bahkan karyawan yang mengeluhkan
terlalu banyaknya adat atau budaya dari barat yang diterapkan di Disneyland Hongkong tersebut. Mulai dari
restaurant maupun gerai-gerai yang
bukan milik China, wahana Disney,
berbagai pertunjukkan dan acara yang yang kurang enarik bagi pengunjung, hingga
praktik ketenagakerjaan yang menjadi keluhan bagi karyawan yang bekerja disana.
Akibat dari terlalu banyaknya imperalisme
budaya barat ini Exsecutive Disney
berupaya untuk lebih memahami budaya setempat yaitu budaya Tionghoa. Hal
tersebut merupakan penggabungan dari budaya global yang heterogen dengan budaya
local yang homogen agar menjadi universal
(mendunia) atau yang biasa disebut Glokalisasi.
Penerapan Glokalisasi di Disneyland Hongkong tersebut dinilai
berhasil. Terbukti dengan pendapatan yang mengalami peningkatan.
Teori
Glokalisasi
Berbicara
mengenai teori Glokalisasi tentu
banyak sekali pakar atau ahli yang telah membahasnya. Salah satunya teori Glokalisasi yang dikembangkan oleh
Robertson (1992, 1994, 1995), mengatakan bahwa Glokalisasi adalah konsep teoritis yaitu penggabungan dari dua kata
“Globalisasi” dan “Lokalisasi”. Lebih lanjut Robertson
menerangkan bahwa glokalisasi memadukan
hubungan keseimbangan dan harmoni antara budaya homogenisasi dengan
heterogenisasi, standarisasi dengan
adaptasi, konvergensi
dengan divergensi, dan universalisme
dengan partikularisme. Sedangkan menurut Kraidy (2001), mengatakan
bahwa glokalisasi mengacu pada turunan
dari budaya baru, perubahan norma dan praktik yang bertujuan untuk menyesuaikan
diri dengan pola pikir lokal.
Pernyataan
mendasar dibalik glokalisasi adalah
bahwa memaksakan budaya lokal di budaya lain tidak selamanya selalu berhasil. Friedman
(2005), mengatakan bahwa untuk menegakkan kelangsungan hidup budaya, budaya
lokal harus rela untuk kehilangan beberapa imperalisme
ekonomi mereka untuk dapat mewujudkannya
menjadi lebih global dan mencapai kesuksesan ekonomi menurut standar barat.
Namun, meskipun mereka menjalani kehidupan proses globalisasi, tentunya budaya
lokal secara bersama-sama harus tetap mempertahankan cara hidup lokal mereka
agar tidak kehilangan budaya lokal mereka sendiri.
Kembali
ke penerapan glokalisasi di Disneyland Hongkong tadi, salah satu
pemimpin dari raksasa globalisasi : Walt
Disney Company (markas besar perusahaan Disney) memiliki kekhawatiran
sehubungan dengan globalisasi, yaitu menentukan kecocokan antara budaya barat
dengan budaya lokal yang baru. Mereka
menyadari betul bahwa keberadaan antara perusahaan induk dengan anak perusahaan
yang berbeda-beda mungkin akan menimbulkan ketidaksesuaian lingkungan dan
budaya yang dianut oleh perusahaan induk Disney
tersebut (Kostova & Roth, 2002). Salah satu yang menjadi kekhawatiran
pemimpin tersebut adalah Disneyland Hongkong yang diawal kemunculannya kurang
mendapat tanggapan dari penduduk lokal. Dengan adanyaa teori mengenai glokalisasi ini dianggap mampu menjawab
bahwa Disneyland Hongkong akan
mengalami kesuksesan sama dengan Disneyland
Jepang dengan penggabungan budaya barat dengan budaya lokal.
Hongkong Disneyland : Dari pembukaan hingga saat
ini
Walt
Disney Company adalah salah satu bisnis hiburan terbesar di dunia.
Perusahaan ini berdiri pada tahun 1923 dimana pada saat itu perusahaannya masih
kecil namun menjadi salah satu kelas berat globalisasi. Selama dekade pertama Disney hanya terdiri satu studio dan
satu taman hiburan. Namun, menjelang akhir abad ke-20 perusahaan tersebut sudah
memiliki Mall, Bandara AS, Rumah Penerbitan, Real Estate, Resort Hotel, dan sebagainya (Clandinin, 2006). Selain
itu Disney juga telah membuka anak
perusahaan diberbagai Negara. Seperti Disneyland,
Disney World, Tokyo Disneyland, Paris Disneyland, dan Hongkong Disneyland.
Dari berbagai anak peusahaan tersebut kurang lebih terdapat 129.000 karyawan
yang dipekerjakan.
Membangun
taman hiburan merupakan strategi utama dari Disney
dalam pertumbuhan global. Menurut Kepala Exsecutive Disney Bob Iger,
di luar negeri pasar sangat penting dalam menawarkan peluang pertumbuhan yang
jelas bagi bisnis yang menghasilkan lebih dari 75% pendapatannya dari dalam
negeri (Marr & Fowler, 2005).
Hongkong
Disneyland merupakan paling terbaru
yang dibangun oleh Disney. Hal
tersebut dimulai saat eksekutif Disney
bertemu dengan pejabat pemerintah Hongkong (HKSAR) untuk menegosiasikan
ekspansi perusahaan disana. Hal tersebut terjadi pada tahun 1985. Setelah
beberapa tahun akhirnya Disney dan
pemerintah Hongkong mencapai kesepakatan untuk membangun taman hiburan di
Hongkong, tepatnya pada tahun 1999. Dalam kesepakatan itu pemerintah Hongkong
sepakat untuk menginvestasikan sejumlah $ 2,9 miliar (termasuk perbaikan
infrastruktur dan pinjaman) dan mendapat saham senilai 57% dalam proyek
tersebut. Sedangkan Disney
menginvestasikan sebesar $ 419 juta dan mendapat saham senilai 43% (Marr &
Fowler, 2005).
Menurut
Walt Disney Company China merupakan
tujuan Negara yang paling popular di dunia karena negaranya yang besar.
Investor memprediksi bahwa ekonomi di China akan tetap bertahan sehingga
merupakan keputusan yang tepat apabila berinvestasi di Negara China, karena
pada dasarnya faktor yang perlu diperhatikan dalam berinvestasi di Negara lain
adalah faktor ekonomi dan politiknya. Namun, yang paling menarik perhatian dari
Walt Disney Company dalam
berinvestasi di China ini adalah karena biaya tenaga kerja disana lebih rendah
dan bahan yang lebih murah. Disney ingin
mengubah China menjadi negara dengan tujuan wisata terbesar di dunia dalam 15
tahun ke depan. Dengan harapan bahwa Hongkong akan meningkatkan industry
pariwisata di China dalam dua dekade ke depan.
Disneyland Hongkong dibangun di atas
lahan seluas 250 ha yang terletak di Penny’s
Bay tepatnya di pulau Lantau, 30 menit dari pusat kota Hongkong dengan
menggunakan Mass Transit Rail System (MTR).
Disneyland Hongkong ini dibuka pada
bulan September 2005, dengan menarik sejumlah 5,6 juta pengunjung selama musim
pertama. Tentu bukan angka yang kecil untuk bisnis yang baru dibuka. Namun,
setelah beberapa tahun pengunjung mulai menurun yang disebabkan oleh debat
antara masyarakat dengan pihak Disney, dimana
masyarakat melakukan protes terhadap Disney
yang menolak makanan China untuk masuk ke bisnis tersebut. Selain itu Disneyland Hongkong dinilai memiliki
tempat yang lebih kecil dibandingkan dengan Disneyland
yang lainnya (Disneyland, Disneyworld, Disneyland Tokyo, dan Disneyland Paris), sehingga pengunjung
harus mengantri lama untuk menikmati setiap wahan dan atraksi yang disuguhkan
di sana.
Tidak
lama dari masalah yang dihadapi Disney Hongkong
tersebut, munculah taman hiburan baru yang menjadi saingan dari Disney yaitu Ocean Park, Ocean Park merupakan taman hiburan yang
bertemakan laut yang letaknya tidak jauh dari Disneyland Hongkong. Kemunculan Ocean
Park ini juga menarik pengunjung sekitar 5 juta pengunjung, dan tidak lama
setelah itu Ocean Park mendapat
posisi taman hiburan no 15 seluruh dunia tentunya mengalahkan Disneyland Hongkong.
Tidak
hanya dua kasus diatas, Disneyland Hongkong
juga bermasalah dengan beberapa pekerjanya. Salah satu pekerjanya tidak terima
dengan pemecatan yang dilakukan oleh pihak Disney,
sampai karyawan tersebut mengancam untuk melakukan bunuh diri dengan naik
diatas Space Mountain. Akibat masalah
tersebut, pihak Disney-pun mendapat
kritik dari pemerintah Hongkong (Wiseman, 2005). Salah satu pengamat di
Hongkong mengatakan bahwa karakter yang ada di taman hiburan Disney tidak begitu dipahami oleh
penduduk lokal. Dimana pengunjung lokal tidak tahu apa yang harus dilakukan
disana dan tidak tahu apa yang harus dinikmati disana. Itulah yang membuat Disney mengalami penurunan jumlah
pengunjung.
Menanggapi
masalah yang dihadapi Disneyland Hongkong
tersebut, beberapa eksekutif Disney
mengadakan diskusi dan menyadari bahwa Disneyland
Hongkong merupakan tempat yang perlu menjalani penyesuaian lokal yang serius
agar menjadi popular dikalangan orang-orang China khususnya orang Hongkong.
Glokalisasi Disneyland Hongkong
Tantangan utama Disneyland Hong Kong adalah menyesuaikan filosofi perusahaan dengan
budaya, lingkungan, dan pola pikir lokal China. Hal tersebut terbukti mampu menantang
eksekutif Disney (Marr, 2007 ). Dalam melakukan pembaharuan ke
dalam konteks budaya lokal, Disney
bertujuan untuk menghindari masalah serangan balik adat istiadat dan tradisi di
China. Pembaharuan tersebut berupa perubahan glokalisasi utama yang telah dilakukan oleh Disneyland Hongkong agar lebih berhasil, diantaranya ada empat,
yaitu (1) pengurangan harga; (2) adaptasi terhadap pengunjung lokal; (3)
perubahan dekorasi dan setting; (4)
adaptasi praktik ketenagakejaan.
1.
Pengurangan
Harga
Saat pembukaan Disneyland
Hongkong wilayah tersebut masih belum pulih dari krisis ekonomi. Awalnya tiket
masuk taman hiburan terlalu tinggi untuk pengunjung lokal. Bahkan harga tiket
tersebut sama pada hari kerja maupun hari libur. Dalam perspektif glokalisasi yang dilakukan Disneyland Hongkong para eksekutif mulai
menyadari bahwa untuk menurunkan harga tiket agar sesuai dengan pendapatan
pengunjung lokal maka dibuat harga tiket yang berbeda antara hari kerja dan
hari libur. Dimana hari libur menjadi sedikit lebih mahal dibandingkan dengan
hari kerja, yaitu HK $ 295 (US $38) untuk pengunjung dewasa, namun harga
tersebut termasuk harga tiket termurah dibandingkan dengan harga tiket di Disneyland yang lain. Hal tersebut
dikarenakan Disneyland Hongkong lebih
kecil dibandingkan Disneyland di
negara lain. Selain itu Disneyland Hongkong
juga menawarkan harga khusus untuk pengunjung manula, mengingat budaya di
Hongkong yang berorientasi terhadap yang lebih tua.
Alasan lain pihak Disneyland Hongkong menurunkan harga tiket adalah mengingat
kenyataan bahwa di China memiliki banyak sekali taman hiburan walaupun banyak
dari taman hiburan tersebut yang terpaksa harus tutup karena masalah keuangan. Walt Disney Company berhasil
menyampaikan pesan bahwa taman hiburan miliknya berbeda dengan taman hiburan
yang lain, taman hiburan Disneyland Hongkong
sekarang lebih tradisional dengan menggunakan standar China.
Namun, mengingat bahwa sekarang tingkat pendapatan
penduduk China telah mengalami peningkatan maka pihak Disney menaikkan harga tiket masuk menjadi HK $ 350 untuk
pengunjung dewasa, dan HK $ 250 untuk pengunjung anak-anak.
2.
Adaptasi
terhadap pengunjung lokal
Pada dasarnya penduduk China leih menyukai paket
wisata kelompok, dimana hal tersebut tidak bisa diwujudkan oleh pihak Disneyland Hongkong, karena biaya Tour Guide yang mahal. Seiring dengan
perkembangan taman hiburan yang banyak menawarkan berbagai fasilitas dan
keunggulan Disneyland juga tidak mau
kalah dengan perusahaan taman hiburan yang lain. Diantaranya Disneyland Hongkong membuat event-event ketika musim liburan, misalnya Disney’s Haunted Halloween yang sebenarnya sudah dimulai oleh
perusahaan pesaing Ocean Park, A Sparkling Christmas, dan Tahun Baru
Imlek Disney yang dilakukan untuk
merayakan tahun baru bagi orang China yang salah satu acaranya adalah dengan
pesta kembang api.
Selain adaptasi mengenai kebiasaan yang dilakukan
orang China, Disneyland Hongkong juga
mengubah beberapa karakter Disney
dengan memberikan sedikit sentuhan pakaian tradisional China, seperti Mickey
Mouse yang menggunakan setelah Mao
(pakaian tradisional China) warna merah terang, dan Minnie Mouse menggunakan
gaun merah cherry-blossom dengan
tujuan untuk menarik wisatawan lokal. Bahasa yang digunakan di taman hiburan
tersebut juga menggunakan dua bahasa yaitu bahasa inggris dan bahasa lokal
(dialek kanton dan Putonghua). Pihak Disney dalam menunjukkan kemauanya menyesuaikan diri dengan budaya
lokal adalah dengan menampilkan
versi pertunjukannya sendiri "It's a
Small World”, dengan boneka wanita dengan kostum opera tradisional China
dan yang khusus dirancang pemandangan Hong Kong yang menampilkan Victoria
Harbour. Versi baru dari lagu tema-masing-masing berbahasa Mandarin, Kanton,
Tagalog (bahasa resmi di Filipina), dan Korea - akan ditambahkan di
pertunjukkan.
Perubahan
lain yaitu berhubungan dengan kuliner di China. Pihak Disney memasukkan menu makanan tradisional China yaitu “Sup Sirip
Ikan Hiu” ke dalam daftar menu. Namun harga yang ditawarkan begitu mahal yaitu
HK $ 3,120 (US $ 400) per satu mangkuknya. hal tersebut dikarenakan Sup sirip
ikan hiu merupakan makanan tradisional China yang sangat elegan dan memiliki
makna budaya sehingga dianggap makanan mewah. Sehubungan dengan itu pemerhati
lingkungan menekan Disney untuk
menghilangkan sup sirip ikan hiu dari daftar menu dengan alasan bahwa ikan hiu
yang terancam punah.
3.
Perubahan
dekorasi dan setting
Tujuan dari perubahan dekorasi dan setting adalah
agar lebih banyak memiliki kesesuaian dengan budaya China. Feng Shui, seorang penentu pengaturan bahasa Tionghoa kuno, sekarang memiliki peran penting dalam mendesain
taman bermain. Seperti memindahkan pintu masuk utamamanya itu agar menghadap
arah yang benar, dan mmembangun gerbang yang bergeser 12 derajat dari posisi
awal. Setelah pembangunan selesai, salah satu ballroom utamanya adalah konon berukuran 888 m2
yang
memiliki arti beruntung dalam budaya Tionghoa
(Hills & Welford, 2006 ). Di sisi lain, jumlahnya empat yang
berarti sial. Oleh karena itu tidak ada tombol lantai empat pada lift disana.
Sama
dengan Disneyland yang lain, Disneyland Hongkong juga memiliki taman
dimana pengunjung dapat berfoto dengan karakter Disney seperti Mickey Mouse,
Minnie Mouse, dan karakter kartun lainnya. Kebanyakan pengunjung berfoto
dengan kamera mereka sendiri tanpa menggunakan jasa fotografer disana.
4.
Adaptasi
praktik ketenagakerjaan
Terakhir adalah
perubahan pada praktik ketenagakerjaan di Disneyland
Hongkong. Praktik ketenagakerjaan di Disney
pada umumnya adalah membuat pernyataan bahwa Disney adalah tempat paling bahagia di bumi, sehingga Disney menerapkan stratgei “factory smile” atau dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai pabrik senyum atau murah senyum, Namun di Hongkong
sendiri tidak terkenal akan orangnya yang ramah. Sehingga strategi ini sulit
dikembangkan di Disneyland Hongkong. Untuk
itu perlu dilakukan penyesuaian glokalisasi.
Mr Rasulo, salah satu eksekutif Disney, mengakui bahwa Disney harus menunjukkan fleksibilitas,
mengingat beragam budaya di Asia. Karyawan Disney
saat ini berbicara dalam tiga bahasa: Inggris, Kanton, dan Inggris Mandarin
(Holson, 2005).
Karyawan banyak mengeluhkan bahwa jam istirahat yang terlalu
singkat, staf yang tidak mencukupi, serta mengenai gaji yang dinilai lebih
rendah dari Disney di negara lain. Akibatnya,
Disney harus mengubah peraturan lagi.
Saat ini, karyawan memiliki serikat pekerja yang disebut Hong Kong Disney Cast, yaitu serikat pekerja yang bertujuan untuk memperbaiki
kondisi gaji dan kerja.
Kesuksesan Glokalisasi
Dengan keempat perubahan glokalisasi
diatas Disneyland Hongkong terbukti
menjadi taman hiburan yang sukses yang diumumkan pada bulan mei 2007,
pertumbuhannya kebanyakan disebabkan oleh meningkatnya pengunjung lokal. Dapat
diprediksi bahwa Disneyland Hongkong
mampu meningkatkan perekonomian di Hongkong selama empat dekade kedepan.
Seiring dengan pertumbuhan Disneyland Hongkong yang semakin meningkat banyak sekali penduduk
lokal yang berbondong-bondong untuk mengunjungi Disneyland Hongkong untuk berlibur. Akibatnya ada beberapa taman
hiburan yang menjiplak beberapa karakter Disney.
Hal tersebut memicu kemarahan dan kehebohan menjelang negosiasi perdagangan
AS-China.
Kesuksesan yang ditimbulkan oleh glokalisasi telah membuat
para eksekutif mempertimbangkan untuk menggandakan kapasitas taman. Untuk alasan
ini, Walt Disney Company telah berbicara
dengan pemerintah China tentang pembangunan taman Disney China kedua. Disney
telah memilih kota metropolitan Shanghai, tempat yang menarik bagi banyak orang
Cina (Einhorn, 2006
). Perusahaan berharap bahwa taman hiburan Shanghai akan memiliki kehadiran yang
lebih besar di China untuk tema, pertunjukkan, film, layanan, produk, dan aset
lainnya. Oleh karena itu untuk memuaskan keinginan China untuk taman hiburan
Shanghai, Disney mungkin bisa memastikannya lebih luas entrée ke pasar
konsumen terbesar di dunia (Marr & Fowler, 2005
).
Dengan glokalisasi yang tepat di Disneyland Hongkong, taman hiburan ini telah berfungsi sebagai pengenalan
bagi pasar baru di Asia, membuka pintu bagi usaha lain. Oleh karena itu, taman Disney kedua di China diharapkan mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan, dan selanjutnya membuat Shanghai menjadi kota internasional.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Disneyland Hongkong yang pada awalnya
kurang mendapat tanggapan dari masyarakat lokal, sekarang mampu mencapai
kesuksesan. Kesuksesan tersebut tidak lepas dari strategi perubahan glokalisasi yang dilakukan oleh pihak Disney. Glokalisasi merupakan penggabungan antara budaya global dengan
budaya lokal. Dimana perubahan tersebut antara lain (1) pengurangan harga; (2)
adaptasi terhadap pengunjung lokal; (3) perubahan dekorasi dan setting; (4) adaptasi praktik
ketenagakejaan. Terbukti dengan keempat perubahan tersebut Disneyland mampu kembali Berjaya di dunia taman hiburan.
Nah gimana nih readers
(sok-sok an inggris lu tong) panjang banget kan artikelnya ? capek pastinya ya
bacanya (sama aku nulisnya juga capek T_T) tapi gapapa capek dikit buat nambah ilmu itu baik kok.
Gimana sekarang udah tahu kan ya kenapa Disneyland
Hongkong bisa sesukses sekarang. Aku doa’in kalian semua dapet rejeki banyak biar
bisa liburan kesana (padahal yang nulis juga belom pernah kesana T_T). Hmm
yaudah deh aku rasa udah terlalu banyak yang aku bahas diatas jadi gausah
panjang-panjang ya penutupnya nanti yang ada malah tambah capek (bilang aja lu
juga udah capek dan bingung mau nulis apa lagi qiqiqi). Sampai jumpa di
postingan selanjutnya. See yaa!!!!